Dosen : Padliah perdana putri, AMAK
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM KIMIA KLINIK
OLEH:
MUH.YUSRAN
11.901.467
K.11
PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2013
A. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS URINE
1. Volume Urin
Judul Pratikum : Volume Urin
Hari/ Tanggal Pratikum : Rabu, 17 Oktober 2012
Tujuan Pratikum : Untuk mengetahui jumlah volume urin dari pasien dalam 24jam dan bermanfaat untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal
Prinsip : Banyaknya urin yang dikeluarkan ginjal dalam 24jam itu tergantung dari beberapa factor
Alat dan Bahan :
- beaker glass
- Gelas ukur
- botol penampungan urin
- urin 24 jam dan urin sewaktu
Pengawet : - Tolvena
- Thymol
- Formaldehida
- Asam sulfat Pekat
- Natrium Karbonat
Prosedur/Cara Kerja :
- Pada jam/waktu tertentu pada hari pertama pasien kencing dan specimen ini di buang waktu dia kencing dicatat/di tulis pada penampungan tersebut
- Semua specimen sesudah itu dikumpulkan dengan hati-hati di dalam suatu wadah selama 24jam berikutnya
- Spesimen yang terakhir tepat 24jam sesudah kencing yang pertama kali ditampung
- Ukurlah volume urin dengan menggunakan gelas ukur
Hasil Pengamatan :
JUMLAH VOLUME URIN = 193 ml
Normal 1000-1600 ml/24 jam
Dewasa : frekuensi ekskresi wkt siang 3-4 x malam hari
Anak-anak : 3-4 x dewasa. Jumlah lebih rendah dari dewasa
Rata-rata : volume tiap kali berkemih 100-300ml. Frekuensi 5 – 9 x/hari
Pada dewasa normal, ratio produksi urine malam & siang 1 : 2 sampai 1 : 4. bila terbalik merupakan gejala : 1) penyakit jantung, 2) penyakit ginjal : pyelitis, nephrosclerosis
2.Warna Urine dan Kejernihan Urine
Judul pratikum : Mengamati warna dan kejernihan urin
Hari/Tanggal Praktikum : Rabu, 17 Oktober 2012
Tujuan : Untuk mengetahui kelainan urin yang berarti untuk klinik dan untuk mengetahui apakah urin itu keruh atau jernih
Prinsip : Untuk menggambarkan rupa urin harus dilakukan secepatnya setelah urin dikeluarkan dengan cahaya tembus urin yang man yang dinyatakan dengan kuning muda, coklat, tak berwarna dan juga urin itu dinyatakan jernih atau keruh pada waktu dikeluarkan
Alat :
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Botol penampung
- Corong
Bahan : Urin segar
Prosedur/cara kerja :
Isilah 3/4tabung reaksi dengan urin segar
Amatilah pada tebal lapisan 7-10cm dengan cahaya yang tembus dalam sikap serong
Catatan : warna normal urin kuning muda,kuning tua yang disebabkan oleh urobilin dan urochrom hijau disebabkan obat-obatan dan kuman merah disebabkan hemoglobin dan porfirin coklat disebabkan bilirubin dan porfirin seperti susu disebabkan zat-zat lemak, pus dan getah prostat
Hasil pengamatan :
Warna Urine : Kuning tua ( normal )
Kejernihan urin : urin jernih
Ø Kuning mudah normal
Ø Merah sebab : Hb, mioglobin, porfobilinogen, porfirin, obat2an, & zat warnamakanan atau minuman
Ø Jingga sebab : zat warna empedu, obat (pyridium)
Ø Hijau sebab : biliverdin, bakteri (Pseudomonas), vit, obat psikoaktif
Ø Kuning sebab : bilirubin, urobilin
Ø Biru sebab : diuretika
Ø Coklat sebab : asam hematin, mioglobin, zat warna empedu, obat : nitrofuran, levodopa, nitrofuran
2.Bau Urine
Judul Praktikum : Menganalisis Bau Urin
Hari/Tgl Praktikum : Rabu, 17 Oktober 2012
Tujuan Praktikum : untuk mengetahui kelainan urin yang berarti untuk klinik
Prinsip : Adanya bau yang semula ada cukup bermakna dalam membantu diagnose
Bahan : Urin segar
Alat :
Botol penampung urin
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Corong
Prosedur/cara kerja :
- Isilah ¾ tabung reaksi dengan urin segar
- Baulah
Catatan : urin normal berbau khas yang disebabkan Oleh sebagian asam-asam organic yang mudah menguap
Bau amoniak disebabkan oleh perombakan bakteri dari urenum biasanya terjadi bilaman urin dibiarkan tanpa pengawet
Bau busuk disebabkan oleh perombakan zat-zat protein
Hasil : Urin berbau khas
3.Keasaman Urin
Judul Praktikum : Mengukur keasaman urin
Hari/Tgl Praktikum : Rabu, 17 Oktober 2012
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui pH urin dan dapat juga memberikan petunjuk kearah etiologi pada infeksi saluran kencing
Prinsip : celupkan kertas indicator kedalam urin dimana warna yang terjadi menunjukkan pHnya.Kertas itu kemudian dibandingkan dengan standar yang member warna persamaannya sesuai pHnya atau terjadi perubahan warna dari indicator pH
Bahan : urin segar
Alat :
- Gelas arloji
- Pipet tetes
- Kertas lakmus
- Indicator Universal
Prosedur/cara kerja :
- Letakkan kertas indicator pada gelas arloji
- Teteskan sedikit urin yang masih segar di atas kertas indicator tersebut
- Bandingkan kertas indicator tersebut dengan warna yang sesuai dengan warna standar
- Bacalah pHnya pada warna standar yang sangat sesuai dengan kertas indicator tersebut
Catatan :
- Urin asam akan mengubah kertas lakmus warna biru menjadi merah
- Urin lindi mengubah kertas lakmus merah menjadi biru jika kelindian urin disebabkan amoniak.Warna biru akan hilang lagi apabila kertas itu di panasi sedikit demi sedikit sampai kering
- pH normal : 4,6 – 8,5
Hasil pengamatan
Ø Normal : pH urine asam = 6,0
range = 4,8 – 7,5
Ø Urine asam persistent (pH < 7), terdpt pada :
- metabolic acidosis : diabetes ketosis, kelaparan, diare yang berat , dll.
- Respiratory acidosis : keadaan dimana
Urine Alkali Persistent (pH > 7), terdpt pada :
- Infeksi Tractus Urogenitalis
4.Berat Jenis Urin
Judul Praktikum : Menghitung berat jenis urin
Hari/Tgl Praktikum : Rabu, 17 Oktober 2012
Tujuan Praktikum : untuk mengetahui berat jenis dari yang akan di periksa
Prinsip : Berat jenis urin diukur menggunakan urinometer yang mempunyai skala 1,000 – 1,060 (berat jenis aquades=1,000 pada temperature urin yang harus diperhatikan koreksinya terhadap hasil yang di peroleh
Bahan : urin segar
Alat :
- urinometer
- temperature
- Gelas ukur
Prosedur/Cara kerja :
- Tuanglah urin ±40ml ke dalam gelas ukur
- Lepaskanlah pelan-pelan urinometer ke dalam gelas ukur sehingga bebas dari dinding
- Putarlah urinometer untuk melepaskan dari dinding dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
- Setelah urinometer terapung di tengah-tengah bacalah berat jenisnya tanpa parallax/pada meniscus bawah
Catatan :
- Urinometer yang di pakai hendaklah dilihat terlebih dahulu teranya biasanya pada suhu antar 15®C sampai dengan 20®C
- Urinometer yang di pakai hendaknya yangditera pada satu suhu antar 27®C-32®C
- Perhitungan Bjs=Bj terbaca +(sk-St)×0,001
- Bj urin normal antar 1,016-1,022 pada urin 24jam sedangkan urin sewaktu 1,003-1,030
Interprestasi nilai (hasil pengamatan) :
Bj = Bjs + × 0.001
= 1,010 +
= 1,010 + 2 × 0,001
= 1,010 + 0,002
= 1,012
Pembimbing Praktikan
(PadliahPutri Perdana, AMAK) (Sultan)
PROTEIN URIN SEMI KUANTITATIF
1. Test dengan Larutan Asam Sulfosalicyl 20%
Judul Praktikum : Pemeriksaan Protein metode asam sulfoslicyl
Hari/Tgl Praktikum : Rabu, 31 Oktober 2012
Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam urin secara kuantitatif
Prinsip : Untuk menyatakan adanya protein dalam urin yang ditunjukan dengan adanya kekeruhan dengan cara menambahkan suatu asam pada urin akan lebih mendekatkan ke titik isoelektris dari protein.Pemanasan selanjutnya untuk mengadakan denaturasi sehingga terjadilah prespitasi yang dinilai secara semi kuantitatif
Bahan : Urin jernih, Protein putih telur
Alat :
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Penjepit tabung
- Lampu spritus
- Aquades
Reagent :
- Larutan asam sulfoslicyl 20%
Prosedur/Cara kerja :
1. Menggunakan urin jernih
- 2 tabung reaksi diidi 2ml urin jernih
- Tambahkan 8 tetes pada tabung pertama Asam sulfoslicyl dan kocok
- Bandingkan isi dari tabung pertama dengan tabung ke dua,panasilah tabung pertama di atas nyala api spritus sampai mendidih didinginkan kembali:
a. Jika kekeruhan tetap terjadi pada waktu pemanasan dan tetap ada setelah didinginkan tes terhadap protein + , protein itu mungkin albumin,globulin, atau mungkin kedua-duanya
b. Jika kekeruhan hilang pada saat pemanasan dan mucul kembali setelah didinginkan mungkin sebabnya protein Bence jones yang perlu diselidiki lebih lanjut
Interprestasi Nilai ( Hasil Pengamatan) :
Hasilnya negative
Pada saat urin diteteskan Asam sulfosalicyl terjadi kekeruhan tetapi saat di panaskan kekeruhan hilang
2. Menggunakan Protein putih telur
- Campurkan putih telur dengan urin
- 2tabung reaksi diisi 2ml campuran protein putih telur dengan urin
- Tambahkan 8 tetes pada tabung pertama Asam sulfoslicyl dan kocok
- Bandingkan isi dari tabung pertama dengan tabung ke dua,panasilah tabung pertama di atas nyala api spritus sampai mendidih didinginkan kembali:
c. Jika kekeruhan tetap terjadi pada waktu pemanasan dan tetap ada setelah didinginkan tes terhadap protein + , protein itu mungkin albumin,globulin, atau mungkin kedua-duanya
d. Jika kekeruhan hilang pada saat pemanasan dan mucul kembali setelah didinginkan mungkin sebabnya protein Bence jones yang perlu diselidiki lebih lanjut
Interprestasi Nilai ( Hasil Pengamatan) :
Hasilnya positif I mengandung protein
Pada saat ditambahkan Asam sulfoslicyl terjadi kekeruhan serta saatdi panaskan masih tetpa terjadi kekruhan dengan kekeruhan ringan tanpa Butir-butir
Pembimbing Praktikan
(PadliahPerdana Putri, AMAK) (Sultan)
3. Test dengan Asam Acetat 6 %
Judul Praktikum : Pemeriksaan Protein metode asam Acetat 6%
Hari/Tgl Praktikum : Rabu/ 31 Oktober 2012
Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam urin secara kuantitatif
Prinsip : Untuk menyatakan adanya protein dalam urin yang ditunjukan dengan adanya kekeruhan dengan cara menambahkan suatu asam pada urin akan lebih mendekatkan ke titik isoelektris dari protein.Pemanasan selanjutnya untuk mengadakan denaturasi sehingga terjadilah prespitasi yang dinilai secara semi kuantitatif
Bahan : Urin jernih, Protein putih telur
Alat :
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Penjepit tabung
- Lampu spritus
- Aquades
Reagent :
- Larutan asam asetat 6%
Prosedur/Cara kerja :
a. Menggunakan urin jernih
1. 2 tabung reaksi diisi 2ml urin jernih
Tabung 1 untuk tes dipanaskan
Tabung 2 untuk control, tidak di panaskan
2. Perhatikan terjadinya kekeruhan,mungkin disebabkan oleh protein mungkin juga oleh Ca Phospat atau Ca Carbonat
3. Teteskanlah kedalam urin yang masih panas 3-5 tetes larutan Asam acetat disebabkan oleh Ca Carbonat akan lenyap dan timbul gas dan jika kekeruhan tetap ada test terhadap protein urin
4. Panasilah sekali lagi lapisan itu sampai mendidih kemudian berilah penilaian semi kuantitatif pada hasilnya
Pembacaan hasilnya :
- -(negative) : Tidak terjadi kekeruhan dalam urin
- + (positif 1) : Terjadi kekeruhan ringan tanpa butir-butir kadar protein 0,01-0,05%
- ++(positif 2) : Kekeruhan mudah dilihat dan tampak butir-butir dalam kekeruhan ,kadar protein 0,05-0,2%
- +++(positif 3) : Urin jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping ,kadar protein 0,2-0,5%
- ++++(positif 4) : urin sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping besar/menggumpal , kadar protein lebih dari 0,5%
Interprestasi Nilai (Hasil Pengamatan) :
Hasilnya negative ( - )
Saat di panaskan terjadi kekeruhan tetapi saat di tambahkan asam acetat kekeruhan menjadi hilang begitupun setelah dingin
b. Menggunakan protein putih telur
1. 2 tabung reaksi diisi 2ml campuran protein putih telur dan urin
Tabung 1 untuk tes dipanaskan
Tabung 2 untuk control tidak dipanaskan
2. Perhatikan terjadinya kekeruhan,mungkin disebabkan oleh protein mungkin juga oleh Ca Phospat atau Ca Carbonat
3. Teteskanlah kedalam urin yang masih panas 3-5 tetes larutan Asam acetat disebabkan oleh Ca Carbonat akan lenyap dan timbul gas dan jika kekeruhan tetap ada test terhadap protein urin
4. Panasilah sekali lagi lapisan itu sampai mendidih kemudian berilah penilaian semi kuantitatif pada hasilnya
Interprestasi nilai ( Hasil Pengamatan) :
Hasilnya positif III (+++)
Saat urin di panaskan pada tabung reaksi terjadi kekeruhan begitu pula setelah di tambahkan asam acetat kekeruhan tetap terjadi setelah didinginkan
Pembimbing Praktikan
(PadliahPerdana Putri, AMAK) (Sultan)
REDUKSI URINE
1.Percobaan Benedict
Judul Prakrikum : Pemeriksaan reduksi urin metode benedict
Hari/Tgl Praktikum : Rabu, 28 November 2012
Tujuan : Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin
Prinsip : Zat pereduksi dalam urin dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan basa.Seperti : Cu, Bi, Hg, dan Fe.Dalam test benedict glukosa dan bahan-bahan pereduksi dalam urin akan mereduksi Cupri Sulfat yang berwarna biru menjadi endapan cupro oksida yang berwarna merah dalam suasana alkali
Bahan : urin sewaktu
Alat :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
Reagent : - Reagent Benedict
Prosedur/Cara kerja :
- Pipetlah 5ml reagent benedict ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan 8 tetes reagent benedict
- Masukkan tabung itu kedalam air mendidih selama 5 menit
- Angkatlah tabung dan kocoklah serta diinginkan dalam suhu kamar
- Kemudian baca hasil reduksinya
Tata cara pembacaan Hasil :
ü - (negative) : tetap biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh
ü + (positif 1) : hijau kekuning-kuningan dan keruh
ü ++(Positif 2) : kuning keruh
ü +++(positif 3) : jingga atau warna lumpur keruh
ü ++++( positif 4) : Merah keruh
Interprestasi Hasil :
Terjadi warna merah keruh ( ++++ = positif 4)
u Normal : sedikit bahan reduktor : glukosa, laktosa, pentosa, galaktosa, & vit.c
u Glukosuria : terjadi bila kadar glukosa di glomerular filtrat > tubular reabsorptive capacity yaitu 160 mg/dl
u Macam Glukosuria :
1. Dengan hyperglycemia : DM, Hyperthyroidisme, Emosional, tekanan intracranial meningkat misal : trauma capitis, tumor kepala dll dan Anastesia dgn tumur
Pembimbing Praktikan
(PadliahPerdana Putri, AMAK) (Sultan)
1. Percobaan Fehling
Judul Prakrikum : Pemeriksaan reduksi urin metode Fehling
Hari/Tgl Praktikum : Rabu/ 28 November 2012
Tujuan : Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin
Prinsip : Zat pereduksi dalam urin dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan basa.Seperti : Cu, Bi, Hg, dan Fe.Dalam test benedict glukosa dan bahan-bahan pereduksi dalam urin akan mereduksi Cupri Sulfat yang berwarna biru menjadi endapan cupro oksida yang berwarna merah dalam suasana alkali
Bahan : urin sewaktu
Alat :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
Reagent : - Reagent Fehling A dan Fehling B
Prosedur/Cara kerja :
Ø Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2cc fehling A dan 2cc fehling B
Ø Kemudian campurkan sedemikian ditambah dengan 1cc urin (=1/4 volume reagen fehling)
Ø Campurkan baik-baik dan setelah itu panaskan hingga mendidih
Ø Jika urin mengandung gula maka terjadilah pengendapan cupry oxygen yang berwarna kuning merah
Ø Acidium urin ,creatini dan rangkaian slicyl dapat menimbulkan reduksi sedikitoleh karena itu jangan didihkan terus menerus
Ø Percobaan fehling lebih mudah di pengaruhi oleh zat-zat selain daripada yang dapat menyebabkan peristiwa reduksi
Interprestasi Hasil :
Tabung I = +++ ( Positif 3)
Tabung II = +
- Gula : Fruktose, Galaktose, Laktose, Pentose
- Bukan Gula : Salicylate, anidopyrine,
Ketonuria :
Ø Diabetes Mellitus
Ø Starvation
Ø Kadang-kadang : Hyperemesis dgn dehydrasi, latihan sangat berat, expose dgn udara yang sangat dingin
Pembimbing Praktikan
(Padliah Putri Perdana, AMAK) (Sultan)
4. BILIRUBIN URIN
Judul Praktikum : Pemeriksaan Bilirubin Urin
Hari/Tgl Praktikum : Rabu, 12 Desember 2012
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya bilirubin dalam urin
Prinsip : Adanya Bilirubin dalam urin akan di oksidasi oleh reagent fouche yang berwarna hijau dimana sebelumnya bilirubin diendapkan oleh Barium Chlorida
Alat :
- Tabung reaksi
- Rak Tabung Reaksi
- Kertas Saring
- Corong
- Pipet tetes
Bahan : - urin segar
Reagent :
v BaCL2 10%
v Reagent Fouchet
v Asam Trichlor Acetat
v Aquades 100ml
Prosedur/Cara kerja :
Ø 5ml urin yang terlebih dahulu dikocok dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ø Ditambahkan 5ml BaCl2 10% dicampur dan disaring
Ø Kertas saring berisi presipitat dan diangkat, dibuka lipatannya dan diletakkan diatas petri
Ø Diteteskan 2-3tetes reagent fuchet diatas kertas saring
Ø Diamati adanya bilirubin yang ditandai dengan warna hijau pada kertas saring
Interprestasi Hasil :
Hasilnya negative ( -)
Positif : ada warna hijau
* Negatif : tidak ada warna hijau
Pembimbing Praktikan
(Padliah Putri Perdana, AMAK) (Sultan)
5.UROBILIN
Judul Praktikum : Pemeriksaan urobilin urin
Hari/Tanggal Praktikum : Rabu, 18 DEesember 2012
Tujuan : Untuk mengetahui urobilin dengan adanya fluorescensi hijau terang
Prinsip : Reaksi antara urobilin dengan reagen sclhesinger membentuk flourescensi hijau terang. Dimana penambahan ligol pada pemeriksaan ini adalah untuk mengosidasi urobilinogen urine segar tidak ad urobilin
Alat :
Ø Tabung reaksi
Ø Rak tabung reaksi
Ø Corong
Ø Kotak dengan latar belakang hitam
Ø Kertas Saring
Bahan : - urin segar
Reagen :
Ø Reagent Schlesinger
Ø Larutan lugol
Prosedur/Cara kerja :
Ø Masukkan 5ml urin ke dalam tabung reaksi jika ada fluorecensi tambahkan 4 tetes larutan lugol campur dan biarkan selama 5 menit atau lebih
Ø Tuanglah 5ml reagen schlinger campur dan saring
Ø Pembaca hasil periksalah adanya flourecenci hijau dalam filtrate uji dengan cahaya berpantul dengan latar belakang hitam. Adanya flourency hijau terang menandakan hasil positif
Ø Pada orang normal akan didapat hasil negative (-)
Interprestasi Nilai
Hasilnya negative( - )
u Normal : 4 mg/hari
u Urobilinogenuria :
1. Hepatic parechymal demage : Bil + & Urobilin+
2. Obstructive : Bil +, & Urob –
3. Hemolitik : Bil -, & Urob +
Pembimbing Praktikan
(Padliah Putri Perdana, AMAK) (Sultan)
5.MIKROSKOPIS URINE
Judul Praktikum : Uji sedimen urin
Hari/Tgl Praktikum : Rabu, 16 Januari 2013
Tujuan : Untuk mengetahui sedimen urin secara mikroskopik
Prinsip : Untuk melihat adanya elemen-elemen (sel ,
Kristal) dalam urin maka dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop .Hal ini dikerjakan dengan pemusingan pada kecepatan tertentu dan waktu tertentu sehingga elemen tersebut terpisah dari supernatannya.
Alat dan Bahan :
- Beaker glass
- Objek glass
- Cover glass
- Centrifuge
- Tabung venojet
- Pipet Pasteur
- Botol Penampung urin
- Urin
Probandus :
1. Nama : Muh.Yusran
2. Umur : 20 Tahun
3. Jenis kel : Laki- Laki
Prosedur kerja :
1. Kocoklah urin secara perlahan-lahan
2. Masukkan urin ke dalam tabung centrifuge ±3/4 tabung
3. Centrifuge selama 5 menit pada 1500-2000 rpm
4. Tuangkan urin (supernatannya) dengan membalikkan tabung centrifuge secara tepat
5. Kocoklah tabung untuk mensuspensi sedimen
6. Dengan menggunakan pipet tetes taruhlah 2 tetes sedimen terpisah ke atas objek glass dan tutuplah dengan cover glass
7. Turunkan condensator atau kecilkan diagfragma kemudian periksa sedimen dengan objektif kecil (10× )
8. Periksa kemudian dengan pembesran objektif besar
Hasil Pengamatan
Dilaporkan | Normal | + | ++ | +++ | ++++ |
Eritrosit/LPK | 0-3 | 4-8 | 8-30 | lebih dari 30 | Penuh |
Leukosit/LPK | 0-4 | 5-20 | 20-50 | lebih dari 50 | Penuh |
Silinder/Kristal/LPL | 0-1 | 1-5 | 5-10 | 10-30 | lebih dari 30 |
Keterangan :
Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal.
Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal.
Pembimbing Praktikan
(Padliah Putri Perdana, AMAK) (Sultan)
ATLAS SEDIMEN URINE
1. LEUKOSIT
Ket:
a. Leukosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit.
b. Leukosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN).
c. Leukosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih.
d. Leukosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal.
e. Peningkatan jumlah leukosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut.
2. ERYTROSIT
a. Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih.
b. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK.
c. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan bawah, nefrotoksin, dll.
3. SEL SQUAMIUS
· Sel skuamosa Epitel skuamosa umumnya dalam jumlah yang lebih rendah dan berasal dari permukaan kulit atau dari luar uretra.
· Signifikansi utama mereka adalah sebagai indikator kontaminasi.
4. SEL EPITELIUM
Ø Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat dan ovale, lebih besar dari leukosit, mengandung inti, bulat atau ovale besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urine dalam jumlah besar.
Ø Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke generasisaluran kemih, jumlahnya bisa meningkat.
Ø Jumlah sel tubulus kurang dari 13/LPK penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus, seperti pada nefritis,nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal, penolakan trasplantasi ginjal, keracunan salisilat.
5. SILINDER HYALIN
§ Silinder hyalin dan silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein(Protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus.
§ Silinder ini homogen (tanpa struktur), struktur tubulus, jernih, sisi-sisinya paralel, dan ujung-ujungnya membulat
§ Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk sebuah silinder hyalin di saluran pengumpul.
6. SILINDER LEUKOSIT
Silinder leukosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam matriks Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder leukosit paling khas untuk pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus (glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai silinder leukosit. Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri mempunyai arti penting untuk pielonefritis, mengingat pielonefritis dapat berjalan tanpa keluhan meskipun telah merusak jaringan ginjal secara progresif.
7. SILINDER GLANULER
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi. Disintegrasi sel selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel, fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian menjadi butiran halus.
8. SILINDER LILIN
Ø Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut. Ketika silinder selular tetap berada di nefron untuk beberapa waktu sebelum mereka dikeluarkan ke kandung kemih, sel-sel dapat berubah menjadi silinder granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder granular halus, dan akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin (waxy). Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal kronis.
9. SILINDER ERYTROSYT
· Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari kerusakan eritrosit.
· Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis untuk kelainan glomerulus.
· Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat pada matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder eritrosit.
10. ASAM URAT
1) Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme normal
2) jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi asam urat.
11. KRISTAL AMORF
Ø Bentuk seperti granula
Ø Warna kuning dan terasparan
12. CALCIUM CARBONAT
o Tak berwarna
o Bentuk bulat kecil, halter
o Secara umum tidak ada interpretasi klinis, tetapi jika terdapat dalam jumlah yang banyak mungkin dapat menimbulkan gangguan.
13. CALCIUN OKSALAT
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk sangat kecil
Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + )
kristal Ca-oxallate per LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal.
14. TRIPLE PHOSPATE
Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang yang sehat.
Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati (kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun mereka dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral ke basa.
Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung pem bentukan kristal (dan urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas.
15. LEUCINE DAN TYROINE
Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul bersama-sama dalam penyakit hati yang parah.
Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai berkas atau mawar dan kuning.
Leusin muncul-muncul berminyak bola dengan radial dan konsentris striations.
Kristal leucine dipandang sebagai bola kuning dengan radial konsentris. Kristal ini kadang-kadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat nukleus yang menyerupai.
Kristal dari asam amino leusin dan tirosin sangat jarang terlihat di sedimen urin.
16. KRISTAL KOLESTEROL
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki makna klinis seperti oval fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria.
17. BAKTERI
Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan tes biakan kuman (kultur).
Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000/ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan.
Beberapa organisme mencerminkan konta minasi. Namun demikian, keberadaan setiap organisme dalam spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.
18. BILIRUBIN
a. Bentuknya granula kasar
b. Warna kuning dan merah
19. SEL-SEL RAGI
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati.
Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas.
Paling sering adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina.
Titanium Tube - Chinese recipe | Baojitan Blog
BalasHapusThe first Chinese recipe of Teng. Chinese recipe of 화성 출장마사지 Teng. Chinese recipe of Teng. Teng's Teng: Habanero Pepper, 영천 출장샵 Red Pepper. 과천 출장마사지 Chinese titanium wire recipe 양산 출장마사지 of Teng.